Menjalani profesi sebagai agent asuransi dengan suka dukanya Puji Tuhan sudah terlewati hampir 4 tahun. Profesi ini hanyalah satu diantara ratusan jenis profesi . Berbagai karakter orang dijumpai disini, ya lebih bersabar tentunya dengan menjumpai karakter ini. Sebagai agent asuransi yang dituntut untuk perfectionis, profesional, pandai dan terintegrasi.
Sudah empat tahun ini saya banting setir menjadi agen asuransi, seorang mantan salesman farmasi berubah 360 derajat menjadi marketing asuransi. Walaupun mirip,akan tetapi kedua profesi ini sangat berbeda cara memasarkannya.Ada seorang teman yang bilang, kalau saya sekarang berjualan ludah..he-he..Selain itu, saya sebenarnya seorang yang cenderung menggunakan otak kiri saya yang linear sedangkan marketing asuransi cenderung menggunakan otak kanan yang lompat-lompat.
Dalam bahasa psikologi, saya adalah seorang pragmatis, sedangkan marketing asuransi membutuhkan seorang sanguinis sejati. Dan anehnya, seperti melawan takdir saya ditakdirkan menjadi atau sebagai agen marketing asuransi.
Nah,saya ingin bercerita pengalaman kami,saya dan istri..beberapa bulan yang lalu, atau tahun lalu..maaf,saya sudah agak lupa..bagaimana kami harus bersikap defensive ketika menghadapi calon nasabah yang cenderung menyerang dengan opini sempit. Siang hari kami membuat jadwal berkunjung ke rumah salah seorang teman apoteker istri saya. Kami datang agak malam sekitar jam 07.00, dengan diterima hangat oleh sang suami,tapi tidak oleh istrinya.Karena sang suami adalah rekan sejawat istri saya sebagai apoteker.
Sebagai intro kami membahas tentang pekerjaan dan keluarga. Keadaan berubah ketika istri calon nasabah kami menyerang dengan statemen bahwa dia lebih percaya dengan asuransi yang mereka punyai sebagai PNS,yaitu asuransi kesehatan dan tabungan pensiun-nya yang sudah disediakan oleh pemerintah. Alasannya sederhana, dengan asuransi-asuransi tersebut mereka merasa sudah cukup dan mereka merasa lebih aman. Padahal kami sama sekali belum mengeluarkan selembar proposal pun apalagi jurus-jurus marketing. Si istri ini berubah menjadi tidak ramah dan cenderung merendahkan profesi dan perusahaan kami. Kami coba menjawabnya dengan argument yang lebih baik, kami bilang bahwa RBC (Risk Based Capital) atau kemampuan bayar perusahaan kami jauh di atas persyaratan Bank Indonesia.
Istri saya coba menenangkan suasana dengan bertanya tentang pekerjaan sang suami, lalu bertanya tentang kabar - kabar atau gossip lebih tepatnya..he-he..di tempat mengajar sang suami . Eh ternyata si istri ini baru ngeh,jika istri saya sejawat dengan suaminya sebagai seorang apoteker sekaligus dosen farmasi. Seketika mimik wajahnya sedikit berubah tapi sikap egoisnya tetap kuat bahwa semua asuransi sama dan hanya yang punya pemerintah yang bisa di percaya.Mungkin dia lupa dengan salah satu asuransi besar di USA yang tiba-tiba bangkrut dan bagaimana perusahaan sebesar Lehman Brothers bisa kolaps. Padahal aset mereka besar. Apalagi,hanya asuransi lokal seperti yang mereka sudah ikuti..Siapa yang bisa menjamin tidak akan collapse ( bangkrut ) walaupun disupport oleh pemerintah??
Saya yang sejak awal sudah agak emosi mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya sebagai agen asuransi tanpa berusaha mengguruinya.Akan tetapi, bagaimanapun hebatnya penjelasan kami semua akan sia-sia, dia sudah menanamkan mental block sejak kami datang. Lebih mudah mengprospek seorang insurance minded dari pada yang masih buta tentang asuransi..padahal si istri ini dosen juga,lo??S2 lagi..ckckck..
Pulang, kami melakukan evaluasi atas kejadian tadi. Ada beberapa kesalahan kami yang kurang mempersiapkan data pribadi si istri calon nasabah tersebut. Atau sebenarnya mental block hanyalah kedok untuk tidak ingin membeli produk kami atau ini hanya alasan karena tidak punya uang yang cukup ( tapi saya tidak yakin,soalnya dua-duanya dosen ), saya bisa mengerti.. tapi bukankah banyak cara dan alasan untuk menolak dengan santun.
Trauma terhadap agen asuransi sering terjadi gara-gara edukasi asuransi yang masih kurang. Termasuk seringnya nasabah itu merasa di bohongi oleh agen asuransi, persoalannya seringkali agen tidak menjelaskan secara detail tentang produknya atau bisa jadi si nasabah memang tidak paham atau lebih parah tidak mau tahu bahwa dalam berasuransi dia harus untung.
Penjelasan yang detail sangat perlu demi menjaga integritas dan kejujuran profesi ini. Sebagai contoh setiap agen asuransi di tekankan untuk menjelaskan biaya yang timbul dari membeli polis asuransi juga dalam ilustrasi semua biaya di cantumkan , sehingga semangat fairness (kejujuran) menjiwai setiap semangat dan langkah saya.
Pengalaman paling menyedihkan pernah di dapatkan juga oleh saya, ketika salah satu nasabah saya tiba - tiba lapsed , karena katanya dananya banyak yang terpotong yang entah dipengaruhi oleh siapa, munkin teman atau saudaranya yang telah membaca polisnya secara parsial atau sepotong - sepotong. Padahal sudah dijelaskan sejak pengajuan aplikasi bahwa asuransi adalah investasi jangka panjang. BEP atau kembali modal umumnya terjadi pada tahun kelima,bahkan di tahun ke-10 atau akhir kontrak ,nasabah akan memperoleh uang sepenuhnya beserta imbal hasil investasinya yang lumayan besar ( minimal 14 % ) sedangkan nasabah yang lapsed ini baru sekali membayar preminya,yaitu pada saat mengajukan aplikasi berasuransi, yah.. otomotais dananya berkurang alias belum balik modal.
Sekali lagi pengalaman di caci maki menjadi cambuk untuk lebih bersemangat. Sekali lagi tugas agen asuransi bukan hanya menjual polis tapi sebagai perencana keuangan yang bisa di percaya. Termasuk saya, agen asuransi datang memberikan alternatif perencanaan keuangan yang sesuai dengan cash flow anda. Memang betul bahwa tidak semua agen asuransi jujur dan juga tidak semua agen asuransi berengsek alias pembohong.
OK!..well Done!!
Selamat berasuransi!
Selamat berasuransi!
hidup jadi agen asurasi itu mengerikan sekali tantangannya.
BalasHapus