Allah
Katekismus Singkat Westminster mendefinisikan Allah sebagai roh, yang tidak terbatas, kekal, dan tidak berubah, dalam pengetahuan-Nya, dalam kebijaksanaan-Nya, dalam kekuasaan-Nya, dalam kekudusan-Nya, dalam keadilan-Nya, dalam kebaikan-Nya, dan dalam kebenaran-Nya.
Dalam konsep terdapat 5 eksistensi mutlak Allah:
- Allah itu kekal, tidak berawal dan tidak berakhir (Keluaran 3:14, Ibrani 7:3, Wahyu 1:8, Wahyu 22:13)
- Allah itu esa (Ulangan 6:4, Yesaya 45:5,21, ;1 Timotius 1:17)
- Allah itu tidak berubah-ubah (Maleakhi 3:6, Yakobus 1:17)
- Allah itu tidak ada persamaannya (Mazmur 86:8, Yesaya 40:25, II Samuel 7:22)
- Allah itu mahakuasa, khalik (pencipta) langit dan bumi serta segala isinya yang kelihatan maupun tidak (Kejadian 1:1-31)
Menurut iman kristiani, Allah sebagai oknum/pribadi memiliki dalam diri-Nya 3 (tiga); kodrat kuasa-Nya atau kodrat Ketuhanan-Nya, yaitu:
- Mencipta: Kuasa Mencipta ini dalam Perjanjian baru disebut oleh Tuhan Yesus dengan predikat BAPA (Matius 11:25, lukas 10:21)
- Berfirman: Kuasa berfirman (dan bertindak) ini dalam Perjanjian baru disebut oleh Tuhan Yesus dengan predikat ANAK (Yohanes 1:14, Yohanes 1:18, Matius 16:16)
- Roh Allah: Roh Allah yang berkuasa memelihara, mengayomi, membimbing dan menolong ini dalam Perjanjian baru oleh Tuhan Yesus disebut dengan Roh Kudus (Yohanes 14:16-17, Yohanes 14:26, 15:26)
Elohim
Elohim dapat berarti Sang Pencipta yang Mahakuasa dalam bahasa Indonesia.
‘El’ tidak selalu harus dikaitkan dengan para kelompok penyembah tertentu. ‘El’ mengandung makna yang sifatnya netral. ‘El’ bukanlah sebuah nama, tetapi ‘el’ menunjuk pada kuasa supranatural yang impersonal yakni suatu kekuasaan yang ilahi. Oleh karena itu, kata ‘el’ dalam bahasa Ibrani tidak menggunakan kata sandang (seperti, ‘ha’ dalam bahasa Ibrani atau ‘the’ dalam bahasa Inggris) yang konkrit. Namun, ada kata sifat atau kata benda yang diimbuhkan ke dalam kata ‘el’. Hal itu diperuntukkan dalam rangka memperlihatkan hubungan antara kuasa tertentu yang disembah dan penyebut nama itu sendiri. Misalnya, ‘el-elyion’ (Allah Maha Tinggi) dalam Kejadian 14:22 dan ‘el-elohei-yisrael’ (Allah, Allahnya Israel) dalam Kejadian 33: 20.
Bentuk jamak dari ‘el’ adalah kata ‘elohim’. Pada teks-teks kuno Perjanjian Lama, Yahwe, Allahnya Israel diakui sebagai Allah tertinggi meskipun dalam nats tertentu memakai kata ‘elohim’ (jamak), seperti dalam Keluaran 18:11,12:12,20:3, dst. Kata ‘elohim’ dipergunakan oleh bangsa Israel bukan dalam pengertian matematis. ‘Elohim’ digunakan oleh bangsa Israel untuk menyatakan seluruh keagungan dan seluruh kepenuhan keilahian ada pada pribadi-Nya. Dengan demikian, meskipun kata ‘elohim’ berbentuk jamak, tetapi pengertiannya tunggal.
YAHWEH
Nama Allah yang paling penting dan paling sering dipakai dalam Alkitab Ibrani adalah Yahweh atau dikenal dengan sebutan Tetragrammaton, empat huruf nama Allah, bahasa Ibrani: יהוה, atau YHWH. Dalam teks kata Yahwe tertulis YHWH, tetapi orang harus mengucapkannya Adonai yang berarti "tuan" atau "TUHAN". Komunitas Yahudi menggunakan kata YHWH sebagai nama Sang Ilahi untuk menyatakan rasa hormat dan takzim yang mendalam secara sungguh-sungguh kepada Sang Ilahi.
Kata YHWH selalu terkait dengan peristiwa ketika Musa menanyakan nama Allah (Keluaran 3:13). Sang Ilahi merespon pertanyaan Musa dengan berkata “Aku adalah Aku” (Keluaran 3:14). YHWH merupakan sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal, jadi seperti "Dialah yang ada, Dialah Dia". Perkataan Sang Ilahi selanjutnya, “... TUHAN (YHWH), Allah (elohei) nenek moyangmu, Allah (elohei) Abraham, Allah (elohei) Ishak dan Allah (elohei) Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun (Keluaran 3:15)." Dalam konteks Keluaran 3 nama YHWH muncul bukan memberitakan pribadi ilah yang baru, melainkan rumusan itu memberikan kesadaran bahwa Allah yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub sebenarnya sama dan satu saja. Sang Ilahi tidak menyebutkan sebuah kata nama benda, melainkan sebuah rumusan yang menunjuk kepada keberadaan-Nya yang dinamis. Melalui rumusan ini, Sang Ilahi hendak menyatakan dua hal. Pertama, Sang Ilahi menghendaki agar manusia mau mengindahkan dan menaati apa pun yang diperintahkan-Nya sebaik-baiknya, tanpa manusia mengetahui lebih dalam siapa Sang Ilahi. Manusia hanya boleh mengimani apa pun yang dikehendaki-Nya dengan sikap takzim. Kedua, Sang Ilahi menghendaki agar manusia tidak memperlakukan nama-Nya seperti para penyembah berhala yang memperlakukan dan mengeksploitasi nama Allah yang sudah mereka ketahui untuk kepentingan-kepentingan mereka. Mengetahui nama Allah berarti menguasai si empunya nama, dan hal ini tidak dikehendaki oleh TUHAN. Akibatnya, manusia akan mudah menggunakan nama Allah yang mereka ketahui untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Tulisan ini saya buat karena terjadi perdebatan di sebuah group yang saya ikuti, antara Allah ( diterbitkan oleh alkitab LAI ) dan Yahweh.Ada yang bilang bahwa kita selama ini salah karena menyembah Allah,bukan kepada Yahhweh ( YHWH).Di atas telah dibahas tentang definisi dari masing-masing kata,yaitu Allah,Elohim,dan Yahweh.Sekarang tinggal tugas anda untuk memahaminya.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar