Sabtu, 29 Desember 2012

Memilih Obat Penurun Panas Anak Yang Tepat

Panas  pada anak adalah keluhan paling umum yang kerap kali terjadi dan  tak jarang bikin khawatir para Ibu. Namun tidak semua kasus panas  memerlukan penanganan dokter segera. Banyak  terapi non farmakologis   yang bisa Ibu  lakukan di rumah untuk membantu menurunkan panas anak,seperti:mengompres,memberi minum air yang banyak,dll

Langkah terakhir yang dapat Ibu  lakukan di rumah jika suhu panas anak di atas 39° Celcius  serta terapi non obat tidak membuahkan hasil berupa penurunan suhu tubuh anak yang signifikan dan kembali ke suhu tubuh normal, adalah dengan memberikan obat penurun panas ( antipiretik ). Obat juga diperlukan jika karena panas, anak menjadi sangat rewel.
Sebelum membahas lebih jauh obat-obat yang dapat dipakai untuk menurunkan panas anak,sebaiknya Ibu pahami dulu bagaimana panas pada anak  itu dapat terjadi.

Mekanisme Terjadinya Panas Pada Anak 

Pusat pengaturan suhu tubuh diperankan oleh Hipotalamus, bagian dari otak depan dimana terdapat reseptor suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor inilah yang menjaga tubuh tetap pada suhu normalnya yaitu 36,5 – 37,5 Celcius. Bila suhu di luar tubuh dingin, hipotalamus akan menaikkan suhu tubuh dengan menggigil dan menyempitkan pembuluh darah. Bila suhu di luar tubuh panas, hipotalamus akan menurunkan suhu tubuh dengan mengeluarkan panas tubuh melalui upaya penguapan seperti berkeringat, pernafasan cepat dan pelebaran pembuluh darah.

Pada keadaan tubuh anak yang sedang sakit karena infeksi dan peradangan, tubuh akan melepaskan prostaglandin, suatu senyawa yang merupakan mediator nyeri dan radang. Pembentukannya dipengaruhi oleh enzim Cyclooxigenase (COX). Prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus yang akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh di atas suhu normal, sehingga tubuh menggigil yang tujuannya untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Perubahan suhu tubuh di atas suhu normal inilah yang disebut demam. Karenanya, untuk mengembalikan setting termostat menuju normal lagi, keberadaan Prostaglandin harus dihilangkan. Penghambatan pembentukan Prostaglandin itulah yang menjadi dasar cara kerja obat-obat penurun panas.

Ada beberapa jenis obat penurun panas yang dapat ditemukan di pasaran, yaitu :

1.Parasetamol

Parasetamol / Asetaminofen merupakan obat penurun panas yang paling umum digunakan karena paling aman dibandingkan golongan lain berkaitan dengan efek sampingnya. Parasetamol banyak dijual bebas sebagai obat OTC (Over The Counter, tidak perlu resep dokter), meskipun banyak juga merek obat berisi parasetamol yang diperoleh melalui resep Dokter. Beberapa merek obat Parasetamol mudah didapatkan di apotek, toko obat, supermarket bahkan mini market dekat rumah.

Parasetamol memiliki efek terapi sebagai antipiretik maupun analgesik, tetapi tidak memiliki efek antiinflamasi (antiradang), sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan pada kulit atau sendi.

Parasetamol bekerja menghambat produksi prostaglandin dengan cara menghambat enzim Cyclooksigenase (COX). Di dalam tubuh, terdapat 3 macam enzim COX, yaitu COX1, COX2 dan COX3. Parasetamol menghambat prostaglandin yang lebih banyak berada di otak dan system saraf pusat, yaitu COX 3. Dengan dihambatnya produksi Prostaglandin, thermostat hipotalamus dapat kembali bekerja normal yang menghasilkan efek penurunan panas ke suhu tubuh normal (efek antipiretik). Selain itu, karena Prostaglandin merupakan zat yang menyebabkan rasa nyeri, dengan dihambatnya produksi Prostaglandin, maka rasa nyeri pun akan berkurang (efek analgesik).

Karena spesifik menghambat enzim COX3, parasetamol memiliki efek samping yang paling ringan dibanding golongan lainnya yang bekerja menghambat COX1 dan COX2, sehingga Paracetamol tidak menyebabkan gangguan di saluran cerna, efek pengenceran darah, Sindrom Raye maupun memicu kekambuhan asma.
Karena bekerja sebagai antipiretik maupun analgesik, parasetamol banyak digunakan untuk menurunkan deman, meringankan nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri punggung.

Pemberian parasetamol dapat secara oral (lewat mulut) ataupun rektal (dimasukkan lewat anus). Untuk anak-anak, parasetamol tersedia dalam bentuk sediaan padat berupa tablet kunyah dan sediaan cair berupa tetes (drops) maupun sirup. Tubuh dapat menyerap parasetamol dengan cepat, terutama dalam bentuk cairan. Efek parasetamol yang paling tinggi dirasakan antara setengah jam hingga dua jam setelah dikonsumsi. Efek analgesik antipiretiknya berlangsung sekitar 4 jam.

Dosis lazim Paracetamol untuk anak adalah 15 mg per kg Berat Badan per kali pemberian, dapat diberikan maksimal 4 kali sehari. Untuk memudahkan Moms memberikan dosis yang tepat, Moms dapat membaca brosur yang terdapat dalam kemasan, sesuaikan dosis dengan usia anak. Atau jika mendapatkannya dari resep Dokter, Moms dapat gunakan dosis sesuai petunjuk dokter.

Efek samping Parasetamol adalah hepatotoksik atau kerusakan hati, dapat terjadi pada pemakaian > 14 hari, dosis besar hingga 4 gram / hari dan tergantung fungsi hati anak.

Contoh produk obat yang mengandung Parasetamol adalah :
Panadol (Sterling), Tempra ( Taisho), Sanmol (Sanbe), Dumin (Actavis), dll

2.Ibuprofen

Ibuprofen termasuk dalam obat golongan anti-inflamasi non steroid. Bekerja sebagai analgesik (pereda nyeri) dan antiinflamasi (anti radang) yang juga punya efek antipiretik. Bekerja menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim Cyclooksigenasi 1 (COX-1) dan COX-2, sehingga menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan Parasetamol. Ibuprofen adalah obat pilihan kedua untuk mengatasi demam dan nyeri pada anak setelah Parasetamol.

Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam membandel yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan peradangan. Dosis lazimnya adalah 10 mg/kgBB/pakai, dapat diberikan hingga 4 kali sehari.

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Ibuprofen adalah gangguan saluran cerna hingga pendarahan lambung, dapat memicu kekambuhan asma dan dapat mengganggu proses pembekuan darah. Karenanya, Ibuprofen sebaiknya tidak diberikan pada penderita asma, demam karena DHF (Dengue Hemorage Fever) atau Demam Berdarah, juga pada bayi di bawah 6 bulan. Ibuprofen tidak memiliki efek samping Sindrom Raye seperti Asetosal.

Ibuprofen tersedia dalam bentuk tetes dan sirup, dapat dibeli bebas di apotek maupun didapatkan melalui Resep Dokter. Contoh : Proris (produsen Pharos),Bufect ( Sanbe )

3. Hati - Hati Dengan Aspirin !! 

Masih ingat produk obat penurun panas merek INZANA, BRODEXIN atau CONTREXYN ? Ya, beberapa tahun yang lalu, obat-obat ini sempat menjadi sahabat para Ibu dalam membantu menurunkan panas anak. Namun belakangan penggunaannya semakin jarang seiring dengan bahaya efek samping yang ditimbulkannya.

Produk-produk tersebut mengandung bahan aktif Asetosal. Nama lain Asetosal adalah Aspirin atau Asam Asetilsalisilat. Asetosal bekerja dengan menghambat pembentukan Prostaglandin melalui penghambatan enzim COX 1 dan COX 2, sehingga memiliki sejumlah efek samping yang cukup berbahaya untuk anak-anak, yaitu gangguan saluran cerna (mual hingga perdarahan lambung), dapat memicu kekambuhan asma, memiliki efek mengencerkan darah sehingga berbahaya jika diberikan pada anak yang menderita demam berdarah karena dapat meningkatkan resiko pendarahan. Yang terbaru, Asetosal dapat menimbulkan Sindrom Reye, yaitu penyakit mematikan yang mengganggu fungsi otak dan hati denggan gejala muntah tak terkendali, demam, mengigau dan tak sadarkan diri.
Karenanya saat ini asetosal / aspirin sudah TIDAK DIREKOMENDASIKAN lagi sebagai obat penurun panas untuk anak-anak < 16 tahun.

4.Anti Kejang

Sebagai tambahan jika anak ibu mempeunyai riwayat kejang,maka sebaiknya diberi obat tambahan yang berupa antikejang.Obat antikejang,seperti:Stesolid dan Luminal.Selalu siapkan obat - obatan ini dan sebaiknya jika anak ibu panas diberikan terlebih dahulu obat antikejang ini sebelum anti panas atau antipiretiknya.

Nah, itu tadi semua yang perlu Ibu  ketahui mengenai obat penurun panas yang banyak tersedia di pasaran. So Bunda,jangan sampe salah beli obat ya …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar